Senin, 27 Oktober 2008

Kakek-kakek yang masih ngedot!!!

Indonesia oh..... Indonesia......
Secara umur sudah selayaknya Indonesia ini boleh berbangga, 63Tahun Merdeka!!!
Kalau boleh dikatakan bahwa Bangsa ini sudah berumur ratusan tahun. Sejak Majapahin menguasai Nusantara, saat itulah bangsa ini sudah menyatakan kepada dunia tentang keberadaannya.
Peribahasa mengatakan, "BANGSA YANG BESAR ADALAH BANGSA YANG MENGHARGAI PARA PAHLAWANNYA", tapi apa lacur????? Menghargai hanya dimulut, bukan dihati. Menghargai hanya untuk prosesi bukan sebagai pribadi. Lihatlah..... 80 tahun yang lalu, pemuda-pemudi dari seluruh pelosok Nusantara berikrar.... Satu Nusa, Satu Bangsa dan Satu Bahasa...... Bahkan 100 tahun yang lalu, Boedi Oetomo menjadi momentum kebangkitan Nasional.... dan puncaknya 17 Agustus 1945 Soekarno-Hatta memproklamsikan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Demi kesatuan dan persatuan Soekarno-Hatta dan seluruh elit bangsa ini pada saat itu bersatu padu mengusung Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan Dasar Negara PANCASILA, bukan piagam jakarta yang terkesan subyektif ditengah ke-Bhinekaan Indonesia.
Bukankan sekarang ini bangsa ini seperti kakek yang mulai ngedot lagi??? Rancangan Undang-Undang (RUU) yang dibahas banyak mundur lagi. Khususnya RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi (RUU APP) yang menjadi pro-kontra belakangan ini.
Kalau mau disimak secara bijak, tidak ada satu orang waraspun yang menyetujui Pornografi dan Pornoaksi termasuk pekerja sex sekalipun. Jadi RUU APP ini yang pada beberapa pasalnya mengatur kehidupan pribadi jelas tidak akan efektif. Ini masalah moral, bukan hukum! Ini masalah gaya hidup bukan hukum. Para pendukung RUU APP pasti juga tau dan sering melihat dikaki2 lima atau langsung ke Glodog-Jakarta dimana VCD porno disajikan bebas, namun kita juga lihat bersama betapa lemahnya aparat kita yang tidak berani menindak mereka. Namun juga belum cukup hanya pedagangnya saja, produsennyalah yang seharusnya di berangus.
Bangsa ini sedang sakit... Bahkan duniapun juga sedang sakit..... Secara ekonomi, terjadi krisis global..... Harga minyak dunia tidak menentu.... Perdagangan saham juga hancur-hancuranan.... Demikian juga Valuta Asing juga amburadul.... Inilah yang seharusnya dicari solusinya, ayo tinggalkan dot kita.... Mari kita mulai makan makanan keras......
Bersatu dengan menerima perbedaan, karena perbedaan bukan untuk dipertentangkan namun untuk disinergikan supaya menjadi kekuatan bukan kelemahan. Perbedaan akan memperkaya kita dalam segala hal, penyeragaman akan mengkotak-kotakkan kita sehinggan akan bergelut disatu lingkaran seperti lingkaran setan yang tidak akan ditemukan pangkal dan ujungnya.....
Bapak Bangsa kita sudah mengikrarkan Bhineka Tunggal Ika bahkan sejak jaman Majapahit. Artinya, memang kita (Bangsa Indonesia) ini banyak perbedaan baik dari segi Suku, Agama dan kepercayaan, Ras dan Latarbelakang serta Kebudayaan..... Lihatlah bagaimana masyarakat Tengger yang beragama HINDU ditengah-tengah empat kabupaten Jawa Timur yang merupakan basis NU ( ISLAM ), atau Suku Batak yang Kristen ditengah Propinsi NAD, SumUt dan SumBar yang juga basis ISLAM? Ini realita... Ini kenyataan...... Warna kulitpun beraneka ragam: orang Papua hitam legam, ambon dan ntt sedikit hitam, jawa sawo matang, sebagian kalimantan kuning langsat, sunda kuning langsat dan lain2.....
Indonesia tidak akan pernah bisa terlepas dari sejarah bahwa "Berbeda-beda namun tetap satu jua"..... Saat penyeragaman dipaksakan, disintegrasi bangsa akan terancam. Pluralisme merupakan kebanggan Indonesia, kalau sudah ngak plural bukan Indonesia namanya....
Tumbuhkan kembali semangat Nasionalisme dan kenersamaan, dua kata itulah merupakan kunci Indonesia kembali disegani di dunia dan menjadi panutan diera globalisasi sekarang ini.
Salam Nasionalisme......
M.E.R.D.E.K.A.!!!!!!

Tidak ada komentar: