Selasa, 22 Juli 2008

SBY Presiden RI ke-8

TERJADI kekeliruan sejarah pada tulisan yang disampaikan di berbagai media massa bahwa Susilo Bambang Yudhoyono adalah presiden ke-6 Republik Indonesia (RI). Anggapan umum bahwa tokoh yang pernah menjadi Presiden RI berturut-turut Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati, dan kini SBY.
Padahal ada dua tokoh yang terlewat, yaitu Sjafruddin Prawiranegara dan Mr. Assaat. Keduanya tidak disebut, bisa karena alpa, tetapi mungkin juga disengaja. Sjafruddin Prawiranegara adalah Pemimpin Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (1948) ketika Soekarno dan Hatta ditangkap Belanda pada awal agresi militer kedua, sedangkan Assaat adalah Presiden RI saat republik menjadi bagian dari Republik Indonesia Serikat (1949).

(from: similikity)

From Jogja To RI-1


Jangan cepat tertawa atau menggerutu melihat judul ini. Bukan bermaksud promosi namun hanya sebagai bagian dari democrazy. Menjadi RI-1???
Hanya judul tanpa makna.
Hanya parodi dipanggung dunia politik Indonesia yang penuh sensasi dan lawak tingkat tinggi.
Hanya olok-olok supaya dapat diperolok oleh orang-orang yang tak tau diri.
Hanya Jargon ditengah banyaknya jagoan-jagoan yang sok jagoan.

Nyandunya Alam Indonesia


Luar Negeri????? Orang-orang kelas menengah selalu menjadikan Luar Negeri sebagai tujuan liburan keluarga. Luar Negeri begitu terkesan sangat berkelas. Luar Negeri menjadi orang merasa punya harga diri.
Jujur, jujur dan jujur..............lah pada diri sendiri..
Indonesia dengan kakayaan alamnya yang luar biasa ini jauh lebih bagus ketimbang luar negeri. Ngarai Sihanuk lebih indah dibanding Grand Kenyon. Gunung Jayawijaya lebih menantang dibanding Gunung Mc. Kentley di Amerika. Danau Toba lebih eksotis dibanding danau Titicaca di Bolivia. Bali lebih mempesona dibanding Thailand ataupun Hawaii. Dan banyak lagi obyek wisata yang jauh lebih berkelas dibandingkan hanya jalan-jalan keluar negeri. Nikmati Alam Indonesia dijamin akan KETAGIHAN alias NYANDU berat............

Senin, 21 Juli 2008

Travel Warning

Berdaulat Sebagai Bangsa yang Mandiri.

Banyak tokoh masyarakat dan elit-elit politik di Indonesia yang dengan lantang menyatakan diri siap untuk dicalonkan sebagai pemimpin bangsa ini. Dasar dan alasan serta visi misi disampaikan dengan sangat bagus baik dari segi tata bahasa maupun janji-janji jika terpilih nanti. Mungkin memang benar bangsa ini butuh pemimpin alternatif, pemimpin muda yang idealis. Mungkin benar bangsa ini butuh pemimpin yang radikal, radikal dalam artian berani memperjuangkan kepentingan bangsa ini diatas kepentingan bangsa lain termasuk Amerika Serikat dan Eropa alias "negara barat". Janji-janji manis penuh harapan disampaikan dengan bahasa dan raut muka yang tanpa dosa. Namun, apa yang terjadi??? Kita lihat bersama kita ini masih manusia biasa yang butuh dan malah mungkin diperhamba oleh uang. Bukti kongkret yang kita rasakan bagaimana wakil-wakil rakyat lulusan "kerusuhan mei 1998" menjadi wakil rakyat yang biasa-biasa saja kalau tidak boleh dikatakan hanyut dan mengikut arus. Tokoh-tokoh yang di awal sampai pertengahan tahun 1998 lantang berteriak anti KKN ala Soeharto menjadi tokoh baru dengan KKN ala dirinya sendiri.
Saya SANDDY BHUDI AGUNG NUGROHO merasa terpanggil untuk menyampaikan kegelisahan hati nurani yang mungkin juga adalah kegelisahan kita bersama sebagai bangsa. Kegelisahan karena masih harus melihat antrian panjang rakyat kecil yang sudah susah payah mengumpulkan uang rupiah demi rupiah untuk mendapatkan minyak tanah, beras, dan kebutuhan pokok lainnya. Kegelisahan yang melihat pengusaha dan penguasa bertambah kaya dengan kenaikan harga minyak dunia yang luar biasa namun rakyat menjerit karena penghasilannya tidak cukup untuk makan sekelurga. Kegelisahan melihat mobil-mobil mewah dan sangat mewah yang sangat boros BBM melintas disaat bersamaan dengan rakyat harus merogoh kocek semakin dalam karena kenaikan harga BBM. Kegelisahan melihat kebijakan yang mengatasnamakan rakyat namun menyengsarakan rakyat....
Pertanyaanpun muncul untuk bahan renungan kita bersama.......
Indonesia berhutang kepada luar negeri (IMF, Bank Dunia dllsb) memang benar karena ada data yang valid. Namun pertanyaannya berapa besarkah sehingga bangsa ini harus membayarnya dengan perjanjian dengan Freeport yang menguras tambang emas kita???? Berapa besarkah hutang bangsa ini sehingga harus menggadaikan tambang minyak bumi seperti Blog Natuna, Blog Cepu dllsb????
Mengapa bangsa ini yang seharusnya memiliki seluruh kekayaan yang terkandung dibumi Indonesia ini namun tidak berdaulat menentukan pengelolaannya?????
Mengapa hampir semua BUMN selalu mengatakan merugi dan harus dijual kepada pihak asing??????
Mengapa INDOSAT yang dijual ke pihak asing langsung mengalami keuntungan saat dikelola pihak asing??????
Pepatah jawa mengatakan "Jaman wis edan, nek ora ngedan ora keduman" atau artinya jaman ini sudah tidak benar kalau kita tidak ikut-ikutan menjalani hidup dengan tidak benar tidak akan mendapat bagian. Mungkin pepatah ini yang menjadi dasar sebagian besar rakyat bangsa ini termasuk pengusaha dan penguasanya.
Satu hal lagi yang patut kita renungkan bersama-sama. Umur manusia rata-rata 60 Tahun atau kalu kuat bisa sampai 80 tahun. Apa yang dicari sebenarnya? Uang??????? Sebanyak-banyaknya uang yang bisa kita peroleh kalau tidak dipergunakan paling-paling hanya kita tabung atau kita investasikan untuk mendapatkan keuntungan berupa uang lagi. Kejadian berulang ini akan terus berulang sampai kita mati. Apa yang dapat kita bawa saat mati? Uangkah? Tidak!!!! Kita mati tidak membawa uang serupiahpun. Jadi sebenarnya saat kita menjadi pengusaha atau terpilih menjadi penguasa buat apa sebenarnya kita bertindak korup? Buat apa kita kolusi dan nepotisme untuk mendapat keuntungan berlimpah? Saya rasa hanya untuk gengsi pribadi karena menjadi orang terkaya se-RT, se-RW, se-Kecamatan, se-Kabupaten, se-Indonesia, se-Asia Tenggara, se-Dunia atau bahkan se-alam semesta.......
Bagi saya pribadi, yang saya kejar dan perjuangkan hanya yang mampu saya nikmati. Hidup hanya sekali biarlah menjadi berarti minimal bagi diri sendiri dan kebanggaan bagi keluarga. Kalau bisa juga berarti bagi orang lain dan negara serta menjadi kebanggaan banyak orang. Berbagi dan memberi solusi bukan hanya janji-janji. Kebijakan yang pro-rakyat bukan yang menyengsarakan rakyat. Saya tidak punya visi kecuali memberikan yang terbaik bagi bangsa secara kongkret. Saya tidak punya misi selain mencoba mengabdi bahkan tanpa diberi upah dan upeti. Membuat perjanjian kerja-sama baru dengan operator-operator minyak yang mengelola tambang-tambang minyak kita dengan pembagian yang proposional dengan bagian dari pemerintah kita harus lebih besar dari operatornya. Mengapa? Karena bangsa kitalah yang memiliki modal utama yaitu Tambang Minyak itu sendiri. Karena bangsa kita harus menjadi tuan atas kekayaannya sendiri. Karena bangsa kita harus mengutamakan rakyat Indonesia dibanding perusahaan minyak raksasa milik asing.
Marilah kita bersama-sama bergandengan tangan sebagai putra dan putri IBU PERTIWI berdaulat atas hak-hak bangsa kita sendiri. Berdaulat atas kekayaan alam kita sendiri. Berdaulat sebagai bangsa yang mandiri. Berdaulat secara utuh sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia......... MERDEKA!!!!!

Arisan Korupsi

KKN atau Korupsi, Kolusi dan Nepotisme menjadi sangat populer sejak reformasi tahun 1998 dan kejatuhan orde baru pimpinan Jend. Besar Soeharto. Seketika itu juga istilah KKN menjadi sesuatu yang sangat sering dibicarakan dan pergunjingkan orang dari segala kalangan. Obrolan warung tegal sampai restoran bintang lima semuanya tentang KKN.
Korupsi menjadi sangat terkenal samapai-sampai menjadi trend-setter. Kolusi menjadi istilah yang sangat sering dikumandangkan dan kemudian dilakukan. Nepotisme menjadi paham baru yang sangat diagungkan.
LHO!!!!!! Bukannya sejak jatuhnya rezim orde baru seharusnya KKN hilang dari bumi Indonesia??? Bukannya sejak master of KKN alias Soeharto terguling harusnya penguasa-penguasa baru alergi terhadap KKN itu????? Bukannya sejak tumbangnya pemerintahan yang KKN seharusnya pemerintahan menjadi bebas dari KKN??????
Tapi apa yang terjadi kini.....
10 tahun sudah Orde KKN tumbang, bahkan master of KKN-nya pun sudah membujur kaku diliang lahat. KKN terlanjur jadi trend setter yang bukan hanya dibicarakan ataupun dipergunjingkan namun dilakukan bersama-sama oleh semua kalangan yang saat reformasi menyatakan diri anti SOEHARTO!!!! Yang saat tahun 1998 itu menghujat dan membunuh SOEHARTO dengan kata-kata!!!! Yang menyambut dengan sangat gembira kata-kata ".... dengan ini menyatakan mundur dan tidak berkenan lagi dicalonkan sebagai presiden RI, kata orang jawa ora patheken......" dari mulut sang maestro KKN terbesar sepanjang sejarah Indonesia......
Mari kita bandingkan bersama-sama :
Dulu....... dijaman yang katanya dipimpin oleh KORUPTOR!!! Rakyat dengan mudah mendapatkan sembako dan BBM karena memang Indonesia kaya dengan hasil bumi dan Minyak bumi, namun sekarang dijaman yang "BERSIH" ini antrian sembako dan BBM terjadi dimana-mana diseluruh nusantara. Mungkin memang benar kata-kata para pejabat sekarang, semua karena warisan masa lalu yang korup. Namun coba kita renungkan bersama seberapa besar hutang yang harus ditanggung sampai-sampai semua tambang dan kekayaan alam Indonesia dikelola asing? Seberapa besar peninggalan kesalahan pemimpin masa lampau sampai-sampai harus takut saat pulau-pulau kita diambil negara lain? Rakyat tidak butuh perhitungan ekonomi yang njelimet dengan istilah ekonomi makrolah, mikrolah, inflasi-lah, dll namun rakyat hanya butuh bukti kongret yaitu kemudahan mendapatkan sembako dan BBM. Bukan hanya harganya yang terjangkau namun juga jangan sampai terjadi kelangkaan, apalagi kelangkaan yang disengaja hanya untuk supaya harga menjadi melambung tinggi!!!!! Coba pemerintah dan jajarannya mengesampingkan dulu ego dan kepentingan pribadi dan golongannya. Yaitu dengan mengelola sendiri semua tambang dan hasil tambang di seluruh persada NUSANTARA. Nasionalisasikan saja Freeport, Blok Natuna, Blok Cepu dan lain-lain. Pasti pemerintah tidak berani dengan alasan takut dikucilkan dunia, padahal sebenarnya takut kantong pribadi gak terisi lagi. Bolivia, Kuba, Iran, Korea Utara dan beberapa negara-negara lain berani dan sampai detik ini masih dapat menjalankan pemerintahan dengan baik mengapa kita takut? Takut menjadi seperti Afganistan? Takut porak poranda seperti Irak? Omong Kosong!!!! Afganistan dengan Talibannya adalah bentukan Amerika dan dihancurkan sendiri oleh Amerika!!! Irak dengan Saddam Husein-nya adalah negara yang didukung Amerika saat perang saudara Irak vs Iran puluhan tahun yang lalu!!!!

President 2014

Tragedi Cermin

Peribahasa yang telah ada dari dulu bahkan puluhan atau ratusan tahun yang lalu baru sekarang ini saya mengerti dan saya rasakan secara nyata. Tragedi demi tragedi terjadi di negara yang "Gemah Ripah Loh jinawi" ini. Dan Tragedi yang paling mutahir belakangan ini adalah lahirnya SKB 5 Menteri berkaitan dengan hari kerja yang ditanda-tangani di depan Wakil Presiden tanggal 14 Juli 2008. Mengapa saya mengatakan ini "TRAGEDI"????
Mengapa tidak?!! Negara yang merupakan penghasil Batubara, Gas Bumi dan minyak Bumi yang sangat diperhitungkan dunia, tidak mampu memenuhi kebutuhan bahan bakar untuk pembangkit tenaga listriknya. Bukankah ini "TRAGEDI"????
Tragedi ini persis sama dengan peribahasa yang saya buat sebagai judul artikel ini, "Buruk Rupa Cermin Di Belah". Dimana pengelolaan energi yang amburadul oleh pemerintah, baik itu kementrian/departemen ESDM, PLN dan BUMN-BUMN lain yang terkait namun kesalahan ditujukan kepada "cermin" yang hanya merefleksikan kebobrokan pengelolaan oleh pemerintah yaitu dunia usaha. Dunia usahalah yang harus menanggung kerugian dengan mengubah dan memberlakukan jam kerja yang tidak lazim. Seharusnya bukan "cermin" yang dibelah namun "poleslah wajah supaya menjadi cantik" yaitu dengan pembenahan dan audit pengelolaan energi. Dimana terjadi pemborosan energi? Dimana ketidak efisienan produksi energi? Dimana alokasi dana yang tidak tepat? dan lain sebagainyalah yang seharusnya di investigasi dan di audit secara profesional dan proporsional.
Indonesia Terus Bertindak......
Jangan hanya menangis, jangan hanya mengharap bantuan, namun teruslah bertindak.........
Bertindak yang sesuai dengan hati nurani jika sudah tidak peduli agama....
Bertindak atas dasar sayang dan cinta kepada anak-anak dan cucu-cucu jika sudah tidak peduli nasionalisme.......
Bertindak atas dasar diri sendiri yang butuh kepastian dan kenyamanan jika sudah tidak peduli orang lain......
bertindaklah sesuai HATI NURANI yang tidak pernah berbohong.......