Senin, 21 Juli 2008

Berdaulat Sebagai Bangsa yang Mandiri.

Banyak tokoh masyarakat dan elit-elit politik di Indonesia yang dengan lantang menyatakan diri siap untuk dicalonkan sebagai pemimpin bangsa ini. Dasar dan alasan serta visi misi disampaikan dengan sangat bagus baik dari segi tata bahasa maupun janji-janji jika terpilih nanti. Mungkin memang benar bangsa ini butuh pemimpin alternatif, pemimpin muda yang idealis. Mungkin benar bangsa ini butuh pemimpin yang radikal, radikal dalam artian berani memperjuangkan kepentingan bangsa ini diatas kepentingan bangsa lain termasuk Amerika Serikat dan Eropa alias "negara barat". Janji-janji manis penuh harapan disampaikan dengan bahasa dan raut muka yang tanpa dosa. Namun, apa yang terjadi??? Kita lihat bersama kita ini masih manusia biasa yang butuh dan malah mungkin diperhamba oleh uang. Bukti kongkret yang kita rasakan bagaimana wakil-wakil rakyat lulusan "kerusuhan mei 1998" menjadi wakil rakyat yang biasa-biasa saja kalau tidak boleh dikatakan hanyut dan mengikut arus. Tokoh-tokoh yang di awal sampai pertengahan tahun 1998 lantang berteriak anti KKN ala Soeharto menjadi tokoh baru dengan KKN ala dirinya sendiri.
Saya SANDDY BHUDI AGUNG NUGROHO merasa terpanggil untuk menyampaikan kegelisahan hati nurani yang mungkin juga adalah kegelisahan kita bersama sebagai bangsa. Kegelisahan karena masih harus melihat antrian panjang rakyat kecil yang sudah susah payah mengumpulkan uang rupiah demi rupiah untuk mendapatkan minyak tanah, beras, dan kebutuhan pokok lainnya. Kegelisahan yang melihat pengusaha dan penguasa bertambah kaya dengan kenaikan harga minyak dunia yang luar biasa namun rakyat menjerit karena penghasilannya tidak cukup untuk makan sekelurga. Kegelisahan melihat mobil-mobil mewah dan sangat mewah yang sangat boros BBM melintas disaat bersamaan dengan rakyat harus merogoh kocek semakin dalam karena kenaikan harga BBM. Kegelisahan melihat kebijakan yang mengatasnamakan rakyat namun menyengsarakan rakyat....
Pertanyaanpun muncul untuk bahan renungan kita bersama.......
Indonesia berhutang kepada luar negeri (IMF, Bank Dunia dllsb) memang benar karena ada data yang valid. Namun pertanyaannya berapa besarkah sehingga bangsa ini harus membayarnya dengan perjanjian dengan Freeport yang menguras tambang emas kita???? Berapa besarkah hutang bangsa ini sehingga harus menggadaikan tambang minyak bumi seperti Blog Natuna, Blog Cepu dllsb????
Mengapa bangsa ini yang seharusnya memiliki seluruh kekayaan yang terkandung dibumi Indonesia ini namun tidak berdaulat menentukan pengelolaannya?????
Mengapa hampir semua BUMN selalu mengatakan merugi dan harus dijual kepada pihak asing??????
Mengapa INDOSAT yang dijual ke pihak asing langsung mengalami keuntungan saat dikelola pihak asing??????
Pepatah jawa mengatakan "Jaman wis edan, nek ora ngedan ora keduman" atau artinya jaman ini sudah tidak benar kalau kita tidak ikut-ikutan menjalani hidup dengan tidak benar tidak akan mendapat bagian. Mungkin pepatah ini yang menjadi dasar sebagian besar rakyat bangsa ini termasuk pengusaha dan penguasanya.
Satu hal lagi yang patut kita renungkan bersama-sama. Umur manusia rata-rata 60 Tahun atau kalu kuat bisa sampai 80 tahun. Apa yang dicari sebenarnya? Uang??????? Sebanyak-banyaknya uang yang bisa kita peroleh kalau tidak dipergunakan paling-paling hanya kita tabung atau kita investasikan untuk mendapatkan keuntungan berupa uang lagi. Kejadian berulang ini akan terus berulang sampai kita mati. Apa yang dapat kita bawa saat mati? Uangkah? Tidak!!!! Kita mati tidak membawa uang serupiahpun. Jadi sebenarnya saat kita menjadi pengusaha atau terpilih menjadi penguasa buat apa sebenarnya kita bertindak korup? Buat apa kita kolusi dan nepotisme untuk mendapat keuntungan berlimpah? Saya rasa hanya untuk gengsi pribadi karena menjadi orang terkaya se-RT, se-RW, se-Kecamatan, se-Kabupaten, se-Indonesia, se-Asia Tenggara, se-Dunia atau bahkan se-alam semesta.......
Bagi saya pribadi, yang saya kejar dan perjuangkan hanya yang mampu saya nikmati. Hidup hanya sekali biarlah menjadi berarti minimal bagi diri sendiri dan kebanggaan bagi keluarga. Kalau bisa juga berarti bagi orang lain dan negara serta menjadi kebanggaan banyak orang. Berbagi dan memberi solusi bukan hanya janji-janji. Kebijakan yang pro-rakyat bukan yang menyengsarakan rakyat. Saya tidak punya visi kecuali memberikan yang terbaik bagi bangsa secara kongkret. Saya tidak punya misi selain mencoba mengabdi bahkan tanpa diberi upah dan upeti. Membuat perjanjian kerja-sama baru dengan operator-operator minyak yang mengelola tambang-tambang minyak kita dengan pembagian yang proposional dengan bagian dari pemerintah kita harus lebih besar dari operatornya. Mengapa? Karena bangsa kitalah yang memiliki modal utama yaitu Tambang Minyak itu sendiri. Karena bangsa kita harus menjadi tuan atas kekayaannya sendiri. Karena bangsa kita harus mengutamakan rakyat Indonesia dibanding perusahaan minyak raksasa milik asing.
Marilah kita bersama-sama bergandengan tangan sebagai putra dan putri IBU PERTIWI berdaulat atas hak-hak bangsa kita sendiri. Berdaulat atas kekayaan alam kita sendiri. Berdaulat sebagai bangsa yang mandiri. Berdaulat secara utuh sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia......... MERDEKA!!!!!

Tidak ada komentar: