Senin, 27 Oktober 2008

Kakek-kakek yang masih ngedot!!!

Indonesia oh..... Indonesia......
Secara umur sudah selayaknya Indonesia ini boleh berbangga, 63Tahun Merdeka!!!
Kalau boleh dikatakan bahwa Bangsa ini sudah berumur ratusan tahun. Sejak Majapahin menguasai Nusantara, saat itulah bangsa ini sudah menyatakan kepada dunia tentang keberadaannya.
Peribahasa mengatakan, "BANGSA YANG BESAR ADALAH BANGSA YANG MENGHARGAI PARA PAHLAWANNYA", tapi apa lacur????? Menghargai hanya dimulut, bukan dihati. Menghargai hanya untuk prosesi bukan sebagai pribadi. Lihatlah..... 80 tahun yang lalu, pemuda-pemudi dari seluruh pelosok Nusantara berikrar.... Satu Nusa, Satu Bangsa dan Satu Bahasa...... Bahkan 100 tahun yang lalu, Boedi Oetomo menjadi momentum kebangkitan Nasional.... dan puncaknya 17 Agustus 1945 Soekarno-Hatta memproklamsikan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Demi kesatuan dan persatuan Soekarno-Hatta dan seluruh elit bangsa ini pada saat itu bersatu padu mengusung Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan Dasar Negara PANCASILA, bukan piagam jakarta yang terkesan subyektif ditengah ke-Bhinekaan Indonesia.
Bukankan sekarang ini bangsa ini seperti kakek yang mulai ngedot lagi??? Rancangan Undang-Undang (RUU) yang dibahas banyak mundur lagi. Khususnya RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi (RUU APP) yang menjadi pro-kontra belakangan ini.
Kalau mau disimak secara bijak, tidak ada satu orang waraspun yang menyetujui Pornografi dan Pornoaksi termasuk pekerja sex sekalipun. Jadi RUU APP ini yang pada beberapa pasalnya mengatur kehidupan pribadi jelas tidak akan efektif. Ini masalah moral, bukan hukum! Ini masalah gaya hidup bukan hukum. Para pendukung RUU APP pasti juga tau dan sering melihat dikaki2 lima atau langsung ke Glodog-Jakarta dimana VCD porno disajikan bebas, namun kita juga lihat bersama betapa lemahnya aparat kita yang tidak berani menindak mereka. Namun juga belum cukup hanya pedagangnya saja, produsennyalah yang seharusnya di berangus.
Bangsa ini sedang sakit... Bahkan duniapun juga sedang sakit..... Secara ekonomi, terjadi krisis global..... Harga minyak dunia tidak menentu.... Perdagangan saham juga hancur-hancuranan.... Demikian juga Valuta Asing juga amburadul.... Inilah yang seharusnya dicari solusinya, ayo tinggalkan dot kita.... Mari kita mulai makan makanan keras......
Bersatu dengan menerima perbedaan, karena perbedaan bukan untuk dipertentangkan namun untuk disinergikan supaya menjadi kekuatan bukan kelemahan. Perbedaan akan memperkaya kita dalam segala hal, penyeragaman akan mengkotak-kotakkan kita sehinggan akan bergelut disatu lingkaran seperti lingkaran setan yang tidak akan ditemukan pangkal dan ujungnya.....
Bapak Bangsa kita sudah mengikrarkan Bhineka Tunggal Ika bahkan sejak jaman Majapahit. Artinya, memang kita (Bangsa Indonesia) ini banyak perbedaan baik dari segi Suku, Agama dan kepercayaan, Ras dan Latarbelakang serta Kebudayaan..... Lihatlah bagaimana masyarakat Tengger yang beragama HINDU ditengah-tengah empat kabupaten Jawa Timur yang merupakan basis NU ( ISLAM ), atau Suku Batak yang Kristen ditengah Propinsi NAD, SumUt dan SumBar yang juga basis ISLAM? Ini realita... Ini kenyataan...... Warna kulitpun beraneka ragam: orang Papua hitam legam, ambon dan ntt sedikit hitam, jawa sawo matang, sebagian kalimantan kuning langsat, sunda kuning langsat dan lain2.....
Indonesia tidak akan pernah bisa terlepas dari sejarah bahwa "Berbeda-beda namun tetap satu jua"..... Saat penyeragaman dipaksakan, disintegrasi bangsa akan terancam. Pluralisme merupakan kebanggan Indonesia, kalau sudah ngak plural bukan Indonesia namanya....
Tumbuhkan kembali semangat Nasionalisme dan kenersamaan, dua kata itulah merupakan kunci Indonesia kembali disegani di dunia dan menjadi panutan diera globalisasi sekarang ini.
Salam Nasionalisme......
M.E.R.D.E.K.A.!!!!!!

Jumat, 05 September 2008

Bangga Akan Kebanggaan Semu

Bangga akan kekayaan alamnya, itu dulu......
Bangga akan ramah tamahnya, itu dulu......
Bangga akan gotong-royongnya, itu dulu.....
Bangga akan toleransi antar umat, itu dulu......
Bangga akan kebhinekaannya, itu dulu......
Bangga akan ragam budayanya, itu dulu......
SEKARANG!!!!!!
Bangga menjadi bangsa pengemis kepada negara-negara kapitalis....
Bangga menjadi bangsa kasar yang sering bertindak anarkis.....
Bangga menjadi bangsa yang individualis dan matrialistis.....
Bangga menjadi bangsa bar-bar yang dikriminatif.....
Bangga menjadi bangsa yang selalu terpecah belah oleh propaganda busuk.....
Bangga menjadi bangsa yang bangga menggunakan budaya asing.....

Bertindak bukan Menangis....

Pada dasawarsa terakhir ini, musibah demi musibah terjadi di Indonesia. Bencana demi bencana memporak-porandakan bangsa ini. Sosial, Politik, Ekonomi yang tidak jelas ditambah Alam yang semakin tidak bersahabat. Kecelakaan transportasi baik darat, air dan udara terus mencekam. Tabrakan Kereta Api, Bus, Mobil dan Sepeda motor setiap hari kita baca di koran. Kapal terbakar atau tenggelam juga hampir sepanjang tahun terus terjadi. Pesawat jatuh, hilang, meledak dan lain sebagainya membuat kita semua bergidik ngeri. Belum lagi bencana alam, Tzunami, Gempa, Gunung Meletus, Banjir, Semburan Lumpur Panas, Kebakaran Hutan dan Perumahan Padat mencekam kita semua. Tidak salah jika banyak orang berlomba-lomba menulis dan membuat istilah "Indonesia Menangis", "Indonesia Bersedih", "Indonesia Butuh Bantuan" dan lain sebagainya yang sejenis. Indonesia pantas Menangis, Indonesia pantas bersedih, Indonesia pantas mendapat bantuan ........
Namun, marilah kita sebagai warga negara dari bangsa yang besar ini jangan hanya terus tenggelam dalam tangisan kesedihan. Jangan hanya terus mengharap bantuan. Marilah kita bertindak!!!!!!
Lakukan sesuatu demi bangsa, bertindaklah sesuai dengan karakter bangsa yang luhur......
Tangisan kesedihan tidak akan membuat bangsa ini terbebas dari bencana dan musibah. Bantuan tidak akan membuat bangsa ini menjadi kaya.......
BERTINDAKLAH !!!!! Jaga wibawa bangsa. Jaga Kesatuan bangsa. Jaga Martabat Bangsa........

Rabu, 03 September 2008

Program Kementerian Pariwisata Kabinet Sanddy

Kalau saya jadi Menteri Pariwisata di kabinet Sanddy, berikut adalah tiga prioritas utama saya. Sengaja dibuat tiga saja, daripada janji-janji program macem-macem tapi akhirnya nggak ada yang tercapai (nggak seperti program pariwisata yang sekarang ... yang sebenernya nggak jelas juntrungannya itu apa ....):

1. Comprehensive Infrastructure Development. Daerah-daerah wisata yang menjanjikan harus punya infrastruktur yang lengkap dan berfungsi dengan baik supaya turis nggak terjijay-jijay.

Misalnya, harus ada jalan yang rata dan bebas pungli dari airport / stasiun kereta ke obyek-obyek wisata. Harus ada drainage dan waste management system yang baik supaya kota bebas dari bau sampah dan banjir. Papan penunjuk jalan harus jelas dan bentuknya seragam. Harus ada WC umum yang bersih di lokasi-lokasi strategis. Harus ada hotel yang bersih, car rental, restoran, taxi, travel agent, dan tour guide yang bersertifikat di tiap-tiap daerah wisata. Pasokan air bersih dan listrik ke daerah-daerah wisata harus dijamin. Investasi di sektor energi dan infrastruktur pariwisata harus mendapat perhatian khusus.

Pembangunan pariwisata harus komprehensif dan mengikuti master plan untuk daerah tersebut ... jangan cuma sekedar memberi permit untuk bangun 1 hotel, tapi jalannya kesana tidak ada, cari es batu saja susah, listriknya putus-sambung, dan orang-orang lokalnya nggak ada yang terlatih untuk bekerja di hotel tersebut.

2. Connectivity. Turis masuk ke Indonesia melalui "pintu-pintu masuk" tertentu, mayoritas dari Jakarta, Bali, Medan, Yogyakarta. Karena itu, pemerintah akan berupaya supaya perusahaan transportasi memberikan connecting flight atau direct services dari pintu-pintu masuk ini ke daerah wisata lainnya. Misalnya .. dari Bali harus ada direct flight ke Manado, Lombok, Pulau Komodo, Surabaya. Dari Bali, harus ada tour bus yang dari airport langsung berangkat ke Pulau Menjangan, Lovina, Karangasem, dsb. supaya yang populer bukan cuma kabupaten Badung doang.

Tiap airport dan stasiun kereta api yang besar harus punya "Visitor Information Service" supaya turis-turis bisa dapat informasi terpercaya tentang apa yang bisa mereka lakukan di daerah setempat.


3. People Education. Selain Bali, harus diakui bahwa kebanyakan masyarakat Indonesia masih belum sepenuhnya mengerti bagaimana membuat turis merasa welcome, ingin datang lagi, dan ingin membuang duitnya di Indonesia. Misalnya, di Borobudur saya masih merasakan dikejar-kejar penjual suvenir dari awal sampai akhir kunjungan, hanya untuk menjual buku yang pada awalnya harganya Rp200 ribu, dan akhirnya mau turun sampe Rp20 ribu karena melihat bahwa kita sudah deket pintu keluar. Pedagang-pedagang kaki lima harus diajarkan untuk tertib berjualan di tempat yang sudah disediakan, dan jangan lah itu turis dikejar-kejar sampe ketakutan dan nggak mau balik lagi.

Kurikulum sekolah harus menekankan pentingnya "menggunakan" bahasa inggris dalam percakapan, bukan sekedar belajar grammar dan vocab tapi nggak tau cara pakenya. Belajar bahasa asing lain selain bahasa inggris juga sebaiknya dijadikan mata pelajaran pilihan untuk siswa SMP dan SMA. Jangan seperti sekarang, yang menteri pariwisatanya aja inggris-nya amburadul tapi super pede dan jadinya malu-maluin (maaf ya Pak ..... :-p )

Masyarakat harus dibiasakan untuk bersih. Misalnya, supir delman harus diajari untuk menaruh semacam karung di belakang kudanya untuk menampung pup-nya, lalu pupnya bisa disetor di tempat penampungan khusus yang bisa merubah pup ini menjadi pupuk kompos. Di Lombok, misalnya, jalan-jalan di Mataram dan sekitarnya masih penuh dengan kotoran kuda.

Misalnya lagi, masyarakat harus dibiasakan untuk tidak buang sampah dan meludah sembarangan.

Kalau tiga hal ini berhasil dilaksanakan, target 6 juta wisatawan tiap tahun (target kementerian pariwisata tahun 2008) itu sebenarnya sangat mudah. Singapur yang cuma pulau kecil saja bisa menarik 13 juta wisatawan tiap tahun, hanya dengan berpegang pada comprehensive infrastructure development, connectivity dan people development. Masak Indonesia yang beribu-ribu kali lebih besar dan indah tidak bisa? :D

Senin, 01 September 2008

Kabinet Sanddy'14

Presiden : Sanddy Bhudi Agung Nugroho
Wakil Presiden : Ki Joko Bodo ( biar tetep presidennya lebih pinter.... )


Menteri Koordinator

Menteri Koordinator Hukum, Politik dan Keamanan : Ryan (pembunuh berantai..)
Supaya pada takut di mutilasi kalau
melanggar Hukum.
Menteri Koordinator Perekonomian : Agus Markenthuz ( Office Boy.. )
Supaya benar2 membuat kebijakan
yang pro Rakyat seperti yang
dirasakannya selama ini.
Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat :
Emak ( mertua Bajuri....)
Sudah terbukti mampu menyimpan
dan menabung untuk
kesejahteraannya sendiri.
Menteri Sekretaris Negara : Dian Satro
Sekretariskan harus cantik.

Menteri Departemen

Menteri Dalam Negeri :
Menteri Luar Negeri :
Menteri Pertahanan :
Menteri Hukum dan HAM :
Menteri Perdagangan :
Menteri Perindustrian :
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral :
Menteri Keuangan :
Menteri Kehutanan :
Menteri Pertanian :
Menteri Kesehatan :
Menteri Pekerjaan Umum :
Menteri Sosial :
Menteri Pendidikan Nasional :
Menteri Agama :
Menteri Kelautan dan Perikanan :
Menteri Perhubungan :
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi :
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata : Elina Ciptadi
Menteri Komunikasi dan Informatika : Roy Suryo



Jumat, 08 Agustus 2008

10 Tindakan Teknis demi Indonesia Jaya
Pertama: Mempersiapkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas khususnya dibidang pertambangan dan perbankan dengan menarik semua ahli-ahli pertambangan dan perbankan warga negara Indonesia yang berkerja di luar negeri dengan memberikan gaji dan fasilitas serta jaminan keamanan dan kenyamanan sebagaimana yang diperoleh diluar negeri.
Kedua: Menasionalisasi semua perusahaan dibidang pertambangan, energi dan perbankan yang ada di Indonesia, dengan memperkerjakan langsung ahli-ahli yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
Ketiga: Mulai memenuhi sendiri semua kebutuhan pertambangan dan energi tanpa bantuan dan ketergantungan pihak asing.
Keempat: Menghapuskan hutang luar negeri dan dalam negeri yang sebesar lebih dari 1300 Trilyun Rupiah yang sangat membebani APBN Indonesia serta memutus hubungan dengan IMF dan Bank Dunia.
Kelima: Mengembalikan supremasi Hukum.
Keenam: Memberikan kebebasan Rakyat Indonesia dengan melindungi Hak Asasi-nya sebagaimana yang dimanatkan UUD'45.
Ketujuh: Mengaudit pendapatan pajak secara langsung oleh lembaga Independen dan proaktif atas pembayaran pajak.
Kedelapan: Mengembalikan Indonesia sebagai negara Agraris dan Bahari sehingga bisa kembali Swasembada Pangan.
Kesembilan: Membekukan semua aset Koruptor dan juga membekukan sementara aset dugaan korupsi sampai keluarnya kekuatan hukum tetap.
Kesepuluh: Mengembalikan Indonesia kepada Demokrasi Pancasila yang hanya memiliki satu dasar negara yaitu PANCASILA.

Selasa, 22 Juli 2008

SBY Presiden RI ke-8

TERJADI kekeliruan sejarah pada tulisan yang disampaikan di berbagai media massa bahwa Susilo Bambang Yudhoyono adalah presiden ke-6 Republik Indonesia (RI). Anggapan umum bahwa tokoh yang pernah menjadi Presiden RI berturut-turut Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati, dan kini SBY.
Padahal ada dua tokoh yang terlewat, yaitu Sjafruddin Prawiranegara dan Mr. Assaat. Keduanya tidak disebut, bisa karena alpa, tetapi mungkin juga disengaja. Sjafruddin Prawiranegara adalah Pemimpin Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (1948) ketika Soekarno dan Hatta ditangkap Belanda pada awal agresi militer kedua, sedangkan Assaat adalah Presiden RI saat republik menjadi bagian dari Republik Indonesia Serikat (1949).

(from: similikity)

From Jogja To RI-1


Jangan cepat tertawa atau menggerutu melihat judul ini. Bukan bermaksud promosi namun hanya sebagai bagian dari democrazy. Menjadi RI-1???
Hanya judul tanpa makna.
Hanya parodi dipanggung dunia politik Indonesia yang penuh sensasi dan lawak tingkat tinggi.
Hanya olok-olok supaya dapat diperolok oleh orang-orang yang tak tau diri.
Hanya Jargon ditengah banyaknya jagoan-jagoan yang sok jagoan.

Nyandunya Alam Indonesia


Luar Negeri????? Orang-orang kelas menengah selalu menjadikan Luar Negeri sebagai tujuan liburan keluarga. Luar Negeri begitu terkesan sangat berkelas. Luar Negeri menjadi orang merasa punya harga diri.
Jujur, jujur dan jujur..............lah pada diri sendiri..
Indonesia dengan kakayaan alamnya yang luar biasa ini jauh lebih bagus ketimbang luar negeri. Ngarai Sihanuk lebih indah dibanding Grand Kenyon. Gunung Jayawijaya lebih menantang dibanding Gunung Mc. Kentley di Amerika. Danau Toba lebih eksotis dibanding danau Titicaca di Bolivia. Bali lebih mempesona dibanding Thailand ataupun Hawaii. Dan banyak lagi obyek wisata yang jauh lebih berkelas dibandingkan hanya jalan-jalan keluar negeri. Nikmati Alam Indonesia dijamin akan KETAGIHAN alias NYANDU berat............

Senin, 21 Juli 2008

Travel Warning

Berdaulat Sebagai Bangsa yang Mandiri.

Banyak tokoh masyarakat dan elit-elit politik di Indonesia yang dengan lantang menyatakan diri siap untuk dicalonkan sebagai pemimpin bangsa ini. Dasar dan alasan serta visi misi disampaikan dengan sangat bagus baik dari segi tata bahasa maupun janji-janji jika terpilih nanti. Mungkin memang benar bangsa ini butuh pemimpin alternatif, pemimpin muda yang idealis. Mungkin benar bangsa ini butuh pemimpin yang radikal, radikal dalam artian berani memperjuangkan kepentingan bangsa ini diatas kepentingan bangsa lain termasuk Amerika Serikat dan Eropa alias "negara barat". Janji-janji manis penuh harapan disampaikan dengan bahasa dan raut muka yang tanpa dosa. Namun, apa yang terjadi??? Kita lihat bersama kita ini masih manusia biasa yang butuh dan malah mungkin diperhamba oleh uang. Bukti kongkret yang kita rasakan bagaimana wakil-wakil rakyat lulusan "kerusuhan mei 1998" menjadi wakil rakyat yang biasa-biasa saja kalau tidak boleh dikatakan hanyut dan mengikut arus. Tokoh-tokoh yang di awal sampai pertengahan tahun 1998 lantang berteriak anti KKN ala Soeharto menjadi tokoh baru dengan KKN ala dirinya sendiri.
Saya SANDDY BHUDI AGUNG NUGROHO merasa terpanggil untuk menyampaikan kegelisahan hati nurani yang mungkin juga adalah kegelisahan kita bersama sebagai bangsa. Kegelisahan karena masih harus melihat antrian panjang rakyat kecil yang sudah susah payah mengumpulkan uang rupiah demi rupiah untuk mendapatkan minyak tanah, beras, dan kebutuhan pokok lainnya. Kegelisahan yang melihat pengusaha dan penguasa bertambah kaya dengan kenaikan harga minyak dunia yang luar biasa namun rakyat menjerit karena penghasilannya tidak cukup untuk makan sekelurga. Kegelisahan melihat mobil-mobil mewah dan sangat mewah yang sangat boros BBM melintas disaat bersamaan dengan rakyat harus merogoh kocek semakin dalam karena kenaikan harga BBM. Kegelisahan melihat kebijakan yang mengatasnamakan rakyat namun menyengsarakan rakyat....
Pertanyaanpun muncul untuk bahan renungan kita bersama.......
Indonesia berhutang kepada luar negeri (IMF, Bank Dunia dllsb) memang benar karena ada data yang valid. Namun pertanyaannya berapa besarkah sehingga bangsa ini harus membayarnya dengan perjanjian dengan Freeport yang menguras tambang emas kita???? Berapa besarkah hutang bangsa ini sehingga harus menggadaikan tambang minyak bumi seperti Blog Natuna, Blog Cepu dllsb????
Mengapa bangsa ini yang seharusnya memiliki seluruh kekayaan yang terkandung dibumi Indonesia ini namun tidak berdaulat menentukan pengelolaannya?????
Mengapa hampir semua BUMN selalu mengatakan merugi dan harus dijual kepada pihak asing??????
Mengapa INDOSAT yang dijual ke pihak asing langsung mengalami keuntungan saat dikelola pihak asing??????
Pepatah jawa mengatakan "Jaman wis edan, nek ora ngedan ora keduman" atau artinya jaman ini sudah tidak benar kalau kita tidak ikut-ikutan menjalani hidup dengan tidak benar tidak akan mendapat bagian. Mungkin pepatah ini yang menjadi dasar sebagian besar rakyat bangsa ini termasuk pengusaha dan penguasanya.
Satu hal lagi yang patut kita renungkan bersama-sama. Umur manusia rata-rata 60 Tahun atau kalu kuat bisa sampai 80 tahun. Apa yang dicari sebenarnya? Uang??????? Sebanyak-banyaknya uang yang bisa kita peroleh kalau tidak dipergunakan paling-paling hanya kita tabung atau kita investasikan untuk mendapatkan keuntungan berupa uang lagi. Kejadian berulang ini akan terus berulang sampai kita mati. Apa yang dapat kita bawa saat mati? Uangkah? Tidak!!!! Kita mati tidak membawa uang serupiahpun. Jadi sebenarnya saat kita menjadi pengusaha atau terpilih menjadi penguasa buat apa sebenarnya kita bertindak korup? Buat apa kita kolusi dan nepotisme untuk mendapat keuntungan berlimpah? Saya rasa hanya untuk gengsi pribadi karena menjadi orang terkaya se-RT, se-RW, se-Kecamatan, se-Kabupaten, se-Indonesia, se-Asia Tenggara, se-Dunia atau bahkan se-alam semesta.......
Bagi saya pribadi, yang saya kejar dan perjuangkan hanya yang mampu saya nikmati. Hidup hanya sekali biarlah menjadi berarti minimal bagi diri sendiri dan kebanggaan bagi keluarga. Kalau bisa juga berarti bagi orang lain dan negara serta menjadi kebanggaan banyak orang. Berbagi dan memberi solusi bukan hanya janji-janji. Kebijakan yang pro-rakyat bukan yang menyengsarakan rakyat. Saya tidak punya visi kecuali memberikan yang terbaik bagi bangsa secara kongkret. Saya tidak punya misi selain mencoba mengabdi bahkan tanpa diberi upah dan upeti. Membuat perjanjian kerja-sama baru dengan operator-operator minyak yang mengelola tambang-tambang minyak kita dengan pembagian yang proposional dengan bagian dari pemerintah kita harus lebih besar dari operatornya. Mengapa? Karena bangsa kitalah yang memiliki modal utama yaitu Tambang Minyak itu sendiri. Karena bangsa kita harus menjadi tuan atas kekayaannya sendiri. Karena bangsa kita harus mengutamakan rakyat Indonesia dibanding perusahaan minyak raksasa milik asing.
Marilah kita bersama-sama bergandengan tangan sebagai putra dan putri IBU PERTIWI berdaulat atas hak-hak bangsa kita sendiri. Berdaulat atas kekayaan alam kita sendiri. Berdaulat sebagai bangsa yang mandiri. Berdaulat secara utuh sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia......... MERDEKA!!!!!

Arisan Korupsi

KKN atau Korupsi, Kolusi dan Nepotisme menjadi sangat populer sejak reformasi tahun 1998 dan kejatuhan orde baru pimpinan Jend. Besar Soeharto. Seketika itu juga istilah KKN menjadi sesuatu yang sangat sering dibicarakan dan pergunjingkan orang dari segala kalangan. Obrolan warung tegal sampai restoran bintang lima semuanya tentang KKN.
Korupsi menjadi sangat terkenal samapai-sampai menjadi trend-setter. Kolusi menjadi istilah yang sangat sering dikumandangkan dan kemudian dilakukan. Nepotisme menjadi paham baru yang sangat diagungkan.
LHO!!!!!! Bukannya sejak jatuhnya rezim orde baru seharusnya KKN hilang dari bumi Indonesia??? Bukannya sejak master of KKN alias Soeharto terguling harusnya penguasa-penguasa baru alergi terhadap KKN itu????? Bukannya sejak tumbangnya pemerintahan yang KKN seharusnya pemerintahan menjadi bebas dari KKN??????
Tapi apa yang terjadi kini.....
10 tahun sudah Orde KKN tumbang, bahkan master of KKN-nya pun sudah membujur kaku diliang lahat. KKN terlanjur jadi trend setter yang bukan hanya dibicarakan ataupun dipergunjingkan namun dilakukan bersama-sama oleh semua kalangan yang saat reformasi menyatakan diri anti SOEHARTO!!!! Yang saat tahun 1998 itu menghujat dan membunuh SOEHARTO dengan kata-kata!!!! Yang menyambut dengan sangat gembira kata-kata ".... dengan ini menyatakan mundur dan tidak berkenan lagi dicalonkan sebagai presiden RI, kata orang jawa ora patheken......" dari mulut sang maestro KKN terbesar sepanjang sejarah Indonesia......
Mari kita bandingkan bersama-sama :
Dulu....... dijaman yang katanya dipimpin oleh KORUPTOR!!! Rakyat dengan mudah mendapatkan sembako dan BBM karena memang Indonesia kaya dengan hasil bumi dan Minyak bumi, namun sekarang dijaman yang "BERSIH" ini antrian sembako dan BBM terjadi dimana-mana diseluruh nusantara. Mungkin memang benar kata-kata para pejabat sekarang, semua karena warisan masa lalu yang korup. Namun coba kita renungkan bersama seberapa besar hutang yang harus ditanggung sampai-sampai semua tambang dan kekayaan alam Indonesia dikelola asing? Seberapa besar peninggalan kesalahan pemimpin masa lampau sampai-sampai harus takut saat pulau-pulau kita diambil negara lain? Rakyat tidak butuh perhitungan ekonomi yang njelimet dengan istilah ekonomi makrolah, mikrolah, inflasi-lah, dll namun rakyat hanya butuh bukti kongret yaitu kemudahan mendapatkan sembako dan BBM. Bukan hanya harganya yang terjangkau namun juga jangan sampai terjadi kelangkaan, apalagi kelangkaan yang disengaja hanya untuk supaya harga menjadi melambung tinggi!!!!! Coba pemerintah dan jajarannya mengesampingkan dulu ego dan kepentingan pribadi dan golongannya. Yaitu dengan mengelola sendiri semua tambang dan hasil tambang di seluruh persada NUSANTARA. Nasionalisasikan saja Freeport, Blok Natuna, Blok Cepu dan lain-lain. Pasti pemerintah tidak berani dengan alasan takut dikucilkan dunia, padahal sebenarnya takut kantong pribadi gak terisi lagi. Bolivia, Kuba, Iran, Korea Utara dan beberapa negara-negara lain berani dan sampai detik ini masih dapat menjalankan pemerintahan dengan baik mengapa kita takut? Takut menjadi seperti Afganistan? Takut porak poranda seperti Irak? Omong Kosong!!!! Afganistan dengan Talibannya adalah bentukan Amerika dan dihancurkan sendiri oleh Amerika!!! Irak dengan Saddam Husein-nya adalah negara yang didukung Amerika saat perang saudara Irak vs Iran puluhan tahun yang lalu!!!!

President 2014

Tragedi Cermin

Peribahasa yang telah ada dari dulu bahkan puluhan atau ratusan tahun yang lalu baru sekarang ini saya mengerti dan saya rasakan secara nyata. Tragedi demi tragedi terjadi di negara yang "Gemah Ripah Loh jinawi" ini. Dan Tragedi yang paling mutahir belakangan ini adalah lahirnya SKB 5 Menteri berkaitan dengan hari kerja yang ditanda-tangani di depan Wakil Presiden tanggal 14 Juli 2008. Mengapa saya mengatakan ini "TRAGEDI"????
Mengapa tidak?!! Negara yang merupakan penghasil Batubara, Gas Bumi dan minyak Bumi yang sangat diperhitungkan dunia, tidak mampu memenuhi kebutuhan bahan bakar untuk pembangkit tenaga listriknya. Bukankah ini "TRAGEDI"????
Tragedi ini persis sama dengan peribahasa yang saya buat sebagai judul artikel ini, "Buruk Rupa Cermin Di Belah". Dimana pengelolaan energi yang amburadul oleh pemerintah, baik itu kementrian/departemen ESDM, PLN dan BUMN-BUMN lain yang terkait namun kesalahan ditujukan kepada "cermin" yang hanya merefleksikan kebobrokan pengelolaan oleh pemerintah yaitu dunia usaha. Dunia usahalah yang harus menanggung kerugian dengan mengubah dan memberlakukan jam kerja yang tidak lazim. Seharusnya bukan "cermin" yang dibelah namun "poleslah wajah supaya menjadi cantik" yaitu dengan pembenahan dan audit pengelolaan energi. Dimana terjadi pemborosan energi? Dimana ketidak efisienan produksi energi? Dimana alokasi dana yang tidak tepat? dan lain sebagainyalah yang seharusnya di investigasi dan di audit secara profesional dan proporsional.
Indonesia Terus Bertindak......
Jangan hanya menangis, jangan hanya mengharap bantuan, namun teruslah bertindak.........
Bertindak yang sesuai dengan hati nurani jika sudah tidak peduli agama....
Bertindak atas dasar sayang dan cinta kepada anak-anak dan cucu-cucu jika sudah tidak peduli nasionalisme.......
Bertindak atas dasar diri sendiri yang butuh kepastian dan kenyamanan jika sudah tidak peduli orang lain......
bertindaklah sesuai HATI NURANI yang tidak pernah berbohong.......